Rabu, 22 April 2015

Asuhan Keperawatan marasmus




Top ofKATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas segala rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan pada anak marasmus. Makalah ini penulis disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini banyak kekurangan. Namun demikian, penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis.
Meski masih banyak kekurangan, mudah-mudahan makalah ini bermanfaat, khususnya bagi penulis dan Mahasiswa STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang dan umumnya kepada para pembaca yang budiman.



Padang,   Februari 2015


















BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya lemak bawah kulit dan otot. (Dorland, 1998:649). Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein. (Suriadi, 2001:196). Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan makanan tidak cukup atau higiene kurang. Sinonim marasmus diterapkan pada pola penyakit klinis yang menekankan satu ayau lebih tanda defisiensi protein dan kalori. (Nelson, 1999:212)
Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering diserang diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti infeksi, kelainan bawaan saluran pencernaan atau jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun dan juga gangguan pada saraf pusat. (Dr. Solihin, 1990:116).
Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan.

B.       Tujuan
Tujuan dari pembuatan  makalah ini asuhan keperawatan ini adalah untuk membahas mengenai cara mendiagnosis dini dan mekanisme terjadinya MARASMUS pada anak.

C.       Manfaat
Manfaat dari asuhan keperawatan anak dengan PENYAKIT MARASMUS. Ini bermanfaat untuk melakukuan askep mulai dari pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1    Definisi
Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya lemak bawah kulit dan otot. (Dorland, 1998:649).
Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan makanan tidak cukup atau higiene kurang. Sinonim marasmus diterapkan pada pola penyakit klinis yang menekankan satu ayau lebih tanda defisiensi protein dan kalori. (Nelson, 1999:212).
 Marasmus adalah MEP berat yang disebabkan oleh defisiensi makanan sumber energi (kalori), dapat terjadi bersama atau tanpa disertai defsiensi protein. Bila kekurangan sumber kalori dan protein terjadi bersama dalam waktu yang cukup lama maka anak dapat berlanjut ke dalam status marasmik kwashiorkor.( Mochtar, 2001).
Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein. (Suriadi, 2001:196).
Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan makanan tidak cukup atau higiene kurang. Sinonim marasmus diterapkan pada pola penyakit klinis yang menekankan satu ayau lebih tanda defisiensi protein dan kalori.
 http://teguhsubianto.blogspot.com.
Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Status gizi balita secara sederhana dapat diketahui dengan membandingkan antara berat badan menurut umur maupun menurut panjang badannya dengan rujukan (standar) yang telah ditetapkan. Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan standar, anak disebut gizi baik. Kalau sedikit di bawah standar disebut gizi kurang. Apabila jauh di bawah standar dikatakan gizi buruk Gizi buruk yang disertai dengan tanda-tanda klinis disebut marasmus atau kwashiorkor (Dorland, 2000).
Marasmus adalah salah satu bentuk kekurangan gizi Kurang Energi Protein(KEP). Kurang Energi Protein terjadi saat kebutuhan tubuh akan energi, protein, dan lemak tidak tercukupi oleh makanan. Marasmus terjadi saat adanya kekurangan energi yang parah. Marasmus dapat disebabkan oleh asupan makanan yang sangat kurang, penyakit infeksi, prematuritas, maupun penyakit pada masa neonatus. Asupan makanan yang berkurang dapat disebabkan oleh ketiadaan pangan ataupun kemiskinan yang menyebabkan ketidakmampuan membeli makanan. Selain itu, penyakit yang menyebabkan peningkatan kebutuhan energi, nafsu makan berkurang, dan gangguan penyerapan zat gizi dapat pula menyebabkan kekurangan energi protein.
                        2.2         Anatomi dan Fisiologi
a.    Cavum Oris
Rongga mulut adalah pintu masuk saluran pencernaan. Fungsi rongga mulut:
1)      Memberi makan 
2)      Mengerjakan pencernaan pertama dengan jalan mengunyah
3)      Untuk berbicara
4)      Bila perlu. Digunakan untuk bernafas

Rongga mulut (cavum oris) dibantu oleh:
1)      Sebelah atas: Oleh pallantum durum dan pallantum mole
2)      Sebelah bawah: Oleh otot-otot yang membentuk lidah, kecuali itu juga os mandibula
3)      Sebelah depan dan samping: Oleh gigi, bibir dan juga pipi
4)      Sebelah belakang: Oleh isthmus faucium
Didalam rongga mulut tersebut terdapat:
1)      Pipi dan Bibir
Mengandung otot-otot yang diperlukan dalam proses mengunyah dan bicara disebelah luar, pipi, dan bibir diselimuti oleh kulit
2)      Lidah
Lidah mengandung 2 jenis otot, yaitu:
a.       Otot ekstrinsik yang berorigo diluar lidah, insersi dilidah
b.       Otot instrinsik yang berorigo dan insersi didalam lidah
3)      Gigi
Gigi dibedakan menjadi 4 macam:
a.       Gigi seri (Dens Incisivus) terdapat 8 buah
b.      Gigi seri (Dens Caninus) terdapat 4 buah
c.       Gigi geraham depan (Dens Premolaris)
d.      Gigi geraham belakang (Dens Molaris)
4)      Kelenjar Ludah
Terdapat tiga kelenjar ludah yang menghasilkan air ludah, yaitu:
a.       Kelenjar Parotis, terletak disebelah bawah dengan daun telinga diantara otot pengunyah dengan kulit pipih. Cairan ludah hasil sekresinya dikeluarkan melalui duktus stesen kedalam rongga mulut melalui satu lubang dihadapannya gigi molar kedua atas. Saliva yang disekresikan sebanyak 25-35 %
b.       Kelenjar Sublinguinalis, terletak dibawah lidah salurannya menuju lantai rongga mulut. Saliva yang disekresikan sebanyak 3-5 %
c.       Kelenjar Submandibularis, terletak lebih belakang dan kesamping dari kelenjar subinguinalis. Saluran menuju kelantai rongga mulut belakang gigi seri pertama. Saliva yang disekresikan sebanyak 60-70 %

Ada 2 jenis pencernaan didalam rongga mulut:
1)      Pencernaan mekanik, yaitu pengunyahan dengan gigi, pergerakan otot-otot lidah, dan pipi untuk mencampur makanan dengan air ludah sehingga terbentuklah suatu bolus yang bulat untuk ditelan
2)      Pencernaan kimiawi yaitu pemecahan zat pati (amilum) oleh pthialin (suatu amylase) menjadi maltosa. Suatu bukti ialah bila kita mengunyah nasi (zat pati), lama-kelamaan akan sedikit terasa manis. Pthialin bekerja didalam rongga mulut (pH 6,3-6,8) dan masih bekerja didalam lambung untuk mencernakan zat pati kira-kira 15 menit sampai asam lambung menurunan pH sehingga pthialin tidak bekerja lagi

b.       Faring
Faring menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan dan melakukan gerakan mencegah masuknya makanan ke jalan pernapasan dengan menutup sementara hanya beberapa detik dan mendorong makanan masuk ke dalam esofagus agar tidak membahayakan pernapasan.
c.     Esofagus
Esophagus adalah yang menghubungkan rongga mulut dengan lambung, yg letaknya dibelakang trakea yg berukuran panjang ± 20-25 cm dan lebar 2 cm. Fungsi dari esophagus adalah:
1)      Menghantarkan bahan yang dimakan dari faring ke lambung
2)      Tiap-tiap ujung esophagus dilindungi oleh suatu sphingter yang berperan sebagai barier terhadap refleks isi lambung kedalam esophagus
Dinding esophagus terdiri atas beberapa bagian, yaitu:
1)      Lapisan Mukosa, terletak dibagian dalam yang dibentuk oleh epitel berlapis gepeng dan diteruskan kefaring dibagian atas serta mengalami perubahan yang mencolok pada perbatasan esophagus lambung menjadi epitel selapis toraks pada lambung
2)      Lapisan Submukusa, mengandung sel-sel sekretoris yang menghasilkan mucus untuk mempermudah jalannya makanan waktu menelan dan melindungi mukosa dari cedera pencernaan kimiawi
3)      Lapisan otot, terdiri dari dua lapisan serabut otot yang satu berjalan longitudinal, dan lainnya sirkulasi
Mekanisme menelan dilakukan setelah mengunyah:
1)      Gerakan membentuk makanan menjadi sebuah bolus dengan bantuan lidah dan pipu dan melalui bagian belakang mulut masuk kedalam faring
2)      Setelah makanan masuk kedalam faring maka fallantum lunak naik untuk menutup nares posterior, glottis menutup oleh kontraksi otot-otot dan otot kontrikstor faring menangkap makanan dan pada saat ini pernapasan berhenti. Gerakan menelan pada bagian ini merupakan gerakan refleks
3)      Makanan berjalan dalam esophagus karena kerja peristaltik yang menghantarkan bolus makanan ke lambung

d.      Gaster
Lambung menampung makanan yang masuk melalui esofagus, mengahancurkan makanan, dan menghaluskan makanan dengan gerakan peristaltik lambung dan getah lambung. Penghancuran makanan dilakukan dengan dua cara yaitu dengan mekanis dan kimiawi.

1)      Mekanis, menyimpan, mencampur dengan sekret lambung dan mengeluarkan kimus ke dalam usus. Pendorongan makanan terjadi secara gerakan peristaltik setiap 20 detik
2)      Kimiawi, bolus dalam lambung akan dicampur dengan asam lambung dan enzim-enzim

Di dalam lambung, makanan dicerna secara kmiawi. Dinding lambung tersusun dari tiga lapisan otot, yakni otot melingkar, memanjang dan menyerong. Kontraksi dan ketiga macam lapisan otot tersebut mengakibatkan gerak peristaltik (gerak menggelombang). Gerak peristaltik menyebabkan makanan di dalam lambung diaduk-aduk.
Di bagian dinding lambung sebelah dalam terdapat kelenjar-kelenjar yang menghasilkan getah lambung. Aroma, bentuk, warna, dan selera terhadap makanan secara refleks akan menimbulkan sekresi getah lambung. Getah lambung mengandung asam lambung (HCI), pepsin, musin, dan renin. Asam lambung berperan sebagai pembunuh mikroorganisme dan mengaktifkan enzim pepsinogen menjadi pepsin. Pepsin merupakan enzim yang dapat mengubah protein menjadi molekul yang lebih kecil. Musin merupakan mukosa protein yang melicinkan makanan. Renin merupakan enzim khusus yang hanya terdapat pada mamalia, berperan sebagai kaseinogen menjadi kasein. Kasein digumpalkan oleh Ca²+ dari susu sehingga dapat dicerna oleh pepsin. Tanpa adanya reninm sus yang berwujud cair akan lewat begitu saja di dalam lambuing dan usu tanpa sempat dicerna.
Kerja enzim dan pelumatan oleh otot lambung mengubah makanan menjadi lembut seperti bubur, disebut chyme (kim) atau bubur makanan. Otot lambung bagian pilorus mengatur pengeluaran kim sedikit demi sedikit dalam duodenum. Caranya, otot pilorus yang mengarah ke lambung akan relaksasi (mengendur) jika tersentuk kim yang bersifat asam. Sebaliknya, otot pilorus yang mengarah ke duodenum akan berkontraksi (mengerut) jika tersentu kim.
Jadi, misalnya kim yang bersifat asam tiba di pilorus depan, maka pilorus akan membuka, sehingga makanan lewat. Oleh karena makanan asam mengenai pilorus belakang, pilorus menutup. Makanan tersebut dicerna sehingga keasamanya menurun. Makanan yang bersifat basa di belakang pilorus akan merangsang pilorus untuk membuka. Akibatnya, makanan yang asam dari lambung masuk ke duodenum. Demikian seterusnya. Jadi, makanan melewati pilorus menuju duodenum segumpal demi segumpal agar makanan tersebut dapat tercerna efektif. Seteleah 2 sampai 5 jam, lambung kosong kembali.

e.       Intestinum
Intestinum adalah tempat berlangsungnya sebagian besar pencernaan dan penyerapan. Setelah ini lumen meninggalkan usus halus tidak terjadi lagi pencernaan walaupun usus besar dapat menyerap sejumlah kecil garam dan air. Dengan panjang sekitar 6,3 m (21 kaki), diameternya kecil yaitu 2,5 cm/1 inci. Bergulung didalam rongga abdomen dan terlentang dari lambung sampai usus besar. Usus halus terdiri dari 3 bagian yaitu:
1)      Duodenum
a.       Duodenum disebut jga usus dua belas jari
b.        Bagian pertama usus halus yang terbentuk sepatu kuda
c.        Bermuara dua saluran: saluran getah pancreas dan saluran empedu
2)      Jejenum
a.       Disebut juga usus kosong
b.      Menempati 2/5 sebelah atas dari usus halus yang selebihnya
c.       Terjadi pencernaan secara kimiawi
d.      Pencernaan diselesaikan 
e.       Menghasilkan enzim pencernaan
3)      Ileum
a.       Ileum disebut juga usus penyerapan 
b.       Menempati 3/5 akhir
c.       Penyerapan sari-sari makanan

f.                   Colon
Colon terbagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu:
1)      Asenden
2)      Transversum
3)      Desenden
Fungsi utama usus besar antara lain:
1)      Untuk menyimpan bahan sebelum defekasi
2)      Selulosa dan bahan2 lain dalam makanan yg tidak dapat dicerna membentuk sebagian besar feses dan membantu mempertahankan pengeluaran tinja secara teratur karena berperan menentukan volume isis colon

g.                  Rektum dan Anus
Rektum, terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor (usus besar) dengan anus. Terletak dalam rongga pelvis didepan osakrum dan askoksigis. Panjang 10 cm terbawah dari usus tebal.
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rectum dengan dunia luar (udara luar). Anus ini terletak didasar pelvis, dindingnya diperkuat oleh tiga spinter, yaitu:
1)      Spinter Ani Internus yang bekerja tidak menurut kehendak
2)      Spinter Levator Ani yang bekerja tidak menurut kehendak
3)      Spinter Ani Eksternus yang bekerja bekerja menurut kehendak
h.                  Pankreas
Pankreas memiliki panjang 15 cm, campuran jaringan eksokrin dan endokrin, elenjar memanjang yang terletak dibelakang dan dibawah, diatas lengkung pertama duodenum.
1)      Eksokrin: sel sekretorik seperti anggur yg membentuk kantung-kantung atau asinus, berhubungan yg akhirnya bermuara ke duodenum
2)      Endokrin: pulau2 jaringan endokrin terisolasi, pulau-pulau langerhands
(insulin dan glukosa)
Enzim yg ada pada pancreas adalah:
1)      Proteolitik: untuk pemcernaan protein
2)      Amilase : untuk pencernaan karbohidrat
3)      Lipase: untuk pencernaan lemak

i.        Hepar
Hati merupakan organ terbesar dari sistem pencernaan yg ada dalam tubuh manusia. Berwarna coklat, sangat vaskuler lunak. Beratnya sekitar 1300-1500 gram. Didalam hati terdiri dari lobulus-lobulus yang banyak sekitar 50.000-100.000 buah. Lobulus yang berbentuk segienam, setiap lobulus terdiri dari jajaran sel hati (hematosit) seperti jari-jari roda melingkari suatu vena sentralis diantara sel hati terdapat sinusinoid yang pada dindingnya terdapat makrofag yang disebut sel kuffer yang dapat memfagosit sel-sel darah yg rusak dan bekteri. Hematosit menyerap nutrient, oksigen dan racun dari darah sinusoid.
Didalam hematosit zat racun akan didektosifikasi. Diantaranya hematosit terdapat saluran empedu. Kanalikuli-kanalikuli akan bergabung menjadi duktus hepatikus, yang bercabang menjadi dua, satu menuju kandung empedu yang disebut duktus sitikus, yang kedua duktus koleodokus akan bergabung dengan duktus wirsungi dari pancreas menuju duodenum. Fungsi Hati antara lain:
1)      Metabolisme Karbohidrat
a.       Glikolisis: Pembentukan glukosa menjadi glikogen
b.      Glikogenolisis: Pembentukan glikogen menjadi glukosa
c.       Glukoneogenesis: Pembentukan glukosa bukan dari karbohidrat, tetapi dari protein dan lemak


2)      Metabolisme Protein 
Beberapa asam amino diubah menjadi glukosa. Asam amino yg tidak dibutuhkan menjadi urea yang dikeluarkan dari sel hati kdalam darah dan disekresikan oleh ginjal

3)      Metabolisme Lemak 
Lemak diubah menjadi asam lemak dan gliserol selain itu asam lemak dibawa menuju hati dalam darah porta dari usus dan diubah menjadi jenis partikel-partikel kecil yg dapat digunakan dalam proses metabolik

2.3    Etiologi
 Secara garis besar sebab-sebab marasmus ialah sebagai berikut:
1.   Masukan makanan yang kurang
Marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit, pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari ketidaktahuan orang tua si anak; misalnya pemakaian secara luas susu kaleng yang terlalu encer.
2.   Infeksi
Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi enteral misalnya infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephritis dan sifilis kongenital.
3.   Kelainan struktur bawaan
Misalnya: penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschprung, deformitas palatum, palatoschizis, micrognathia, stenosis pilorus, hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pancreas.
4.   Prematuritas dan penyakit pada masa neonates
Pada keadaan-keadaan tersebut pemberian ASI kurang
5.   Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena : diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang hubungan dengan orangtua-anak terganggu,karena kelainan metabolik, atau malformasi kongenital. (Nelson,1999).
6.   Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering diserang diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti infeksi, kelainan bawaan saluran pencernaan atau jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun dan juga gangguan pada saraf pusat. (Dr. Solihin, 1990:116).

2.4    Menifestasi Klinis
Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan kehilangan berat badan sampai berakibat kurus,dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut dan longgar karena lemak subkutan hilang dari bantalan pipi, muka bayi dapat tetap tampak relatif normal selama beberaba waktu sebelum menjadi menyusut dan berkeriput. Abdomen dapat kembung dan datar. Terjadi atropi otot dengan akibat hipotoni. Suhu biasanya normal, nadi mungkin melambat, mula-mula bayi mungkin rewe, tetapi kemudian lesu dan nafsu makan hilang. Bayi biasanya konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang disebut diare tipe kelaparan, dengan buang air besar sering, tinja berisi mukus dan sedikit.
Selain itu manifestasi marasmus adalah sebagai berikut :
1. Badan kurus kering tampak seperti orangtua
2. Anak tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit
3. Cengeng, rewel
4. Kulit keriput (turgor kulit jelek)
5. Ubun-ubun cekung pada bayi
6. Jaringan lemak subkutis sangat sedikit bahkan sampai Jaingan subkutan hilang
7. Iga gambang
8. Kelaparan
9. Sering disertai diare kronik atau konstipasi/susah buang air, serta penyakit
    kronik
10. Tekanan darah, detak jantung dan pernafasan berkurang.

2.5    Tanda dan Gejala
Menurut FKUI (1985 : 361), Ngastiyah (2005 : 259) dan Markum (1991 : 166) tanda dan gejala dari marasmus adalah :
1.  Anak cengeng, rewel, dan tidak bergairah.
2.  Diare.
3.  Mata besar dan dalam.
4.  Wajah seperti orang tua.
5.  Pertumbuhan dan perkembangan terganggu.
6.  Terjadi atrofi otot.
7.  Jaringan lemak dibawah kulit akan menghilang, kulit keriput dan turgor kulit menurun
8.  Perut membuncit atau cekung dengan gambaran usus yang jelas.
9.    Nadi lambat dan metabolisme basal menurun.
10.  Vena superfisialis tampak lebih jelas.
11.  Tulang pipi dan dagu kelihatan menonjol.
12.  Anoreksia.
13.  Sering bangun malam.

2.6    Patofisiologi
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. (Arisman, 2004:92). Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selam puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi seteah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh. (Nuuhchsan Lubis an Arlina Mursada, 2002:11).














2.7  WOC


2.8    Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Fisik
a. Mengukur TB dan BB
Menghitung indeks massa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi dengan TB (dalam meter)
b. Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan
    trisep) ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya
   dapat diukur, biasanya dangan menggunakan jangka lengkung (kaliper).
   Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh. Lipatan
   lemak normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada
   wanita.
c. Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LLA untuk
    memperkirakan jumlah otot rangka dalam tubuh (lean body massa, massa
   tubuh yang tidak berlemak).
2. Pemeriksaan laboratorium
albumin, kreatinin, nitrogen, elektrolit, Hb, Ht, transferin.

2.9    Penatalaksanaan
1.  Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang kualitas biologiknya baik. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin.
2.  Pemberian terapi cairan dan elektrolit.
3.  Penatalaksanaan segera setiap masalah akut seperti masalah diare berat.
4.  Pengkajian riwayat status sosial ekonomi, kaji riwayat pola makan, pengkajian antropometri, kaji manifestasi klinis, monitor hasil laboratorium, timbang berat badan, kaji tanda-tanda vital.
a. Penatalaksanan Diet
Tujuan Diet :
Memberikan Makanan TETP secara bertahap sesuai dengan keadaan pasien untuk mencapai keadaan gizi optimal.
Secara garis besar, penanganan KKP berat dikelompokkan menjadi pengobatan awal dan rehabilitasi. Pengobatan awal ditujukan untuk mengatasi keadaan yang mengancam jiwa, sementara fase rehabilitasi diarahkan untuk memulihkan keadaan gizi.
Upaya pengobatan, meliputi :
- Pengobatan/pencegahan terhadap hipoglikemi, hipotermi,
  dehidrasi.
- Pencegahan jika ada ancamanperkembangan renjatan septik
- Pengobatan infeksi
- Pemberian makanan
- Pengidentifikasian dan pengobatan masalah lain, seperti
  kekurangan vitamin, anemia berat dan payah jantung.
  Menurut Arisman, 2004:105



b. Pemberian Cairan/Makanan
  Tahapan pemberian cairan/makanan :
1.   Tahapan Stabilisasi (Initial)
-   Tahap awal yaitu 24-48 jam pertama merupakan masa kritis, yaitu tindakan untuk menyelamatkan jiwa, antara lain mengkoreksi keadaan dehidrasi atau asidosis dengan pemberian cairan intravena.
-   Cairan yang diberikan ialah larutan Darrow-Glucosa atau Ringer Lactat Dextrose 5%.
-   Cairan diberikan sebanyak 200 ml/kg BB/hari. Mula-mula diberikan 60 ml/kg BB pada 4-8   jam pertama. Kemudian 140 ml sisanya diberikan dalam 16-20 jam berikutnya.
2.   Tahapan Transisi (Penyesuaian)
Tujuan : memberi bentuk, jenis, dan cara pemberian makanan yg sesuai dg kemampuan digesti dan absorbsi penderita.
-     Porsi kecil tapi sering ( 6-12x pemberian sehari)
-     Umur < 1 tahun / BB < 7 kg :
Cair- semi solid spt mkn bayi, ASI diteruskan bila masih ada dan diperlukan pada saat setelah makan atau mau tidur.
-     Umur > 1 tahun / BB > 7 kg :
Semi solid-solid berupa makanan anak 1 th bentuk cair kemudian lunak dan makanan padat, cairan 150-200 ml/kg BB/hari.
-     Kalori yang diberikan 50- 100 kalori/kgBB/hr dengan protein 2 g/ kgBB/ hari
-     Susu formula / rendah laktosa
-     Bila tak minum susu formula diberi makanan yang yang tak mengandung protein susu sapi dan bebas laktosa ( preda = formula bubur- tempe).
3.   Tahap Rehabilitasi
- Intake kalori 100- 175 kalori/kgBB/hari. Bentuk jenis dan cara pemberian disesuaikan dengan makin meningkatnya kemampuan digesti dan absorbsi.
- Jenis makanan diupayakan disesuaikan dengan apa yang mungkin dapat diberikan di rumah.
4.   Tahapan Pembinaan
Bimbingan pada orang tua untuk memberikan makanan sesuai dengan kebutuhan, dapat dimulai setiap tahap, dalam bentuk dan jenis makanan yang dapat disediakan oleh mereka dirumah
Tujuan : ibu dapat merawat anak KEP dan menghindari berulangnya KEP
-      Intake 100-120 kalori / kgBB/hari, protein 2-3 g/kgBB/hari
-      Anak dengan Gizi Buruk boleh dipulangkan bila terjadi kenaikan sampai kira-kira 90% BB normal menurut umurnya, bila nafsu makannya telah kembali dan penyakit infeksi telah teratasi.
-      Penderita yang telah kembali nafsu makannya dibiasakan untuk mendapat makanan biasa seperti yang dimakan sehari-hari.

2.10    Komplikasi
1. Infeksi tuberculosisi
2. Parasitosis, disentri
3. Malnutrisi kronik
4. Gagguan tumbuh kembang.
5. Hipoglikemia
6. Hipotermia
7. Dehidrasi
8. Gangguan fungsi vital
9. Gangguan keseimbangan elektrolit

















ASUHAN KEPERAWATAN

I.     PENGKAJIAN
1.      Identitas
Nama, jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, status, agama, alamat.

2.      Riwayat Keperawatan
a.    Riwayat Keperawatan Dahulu
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan pertumbuhan (berat badan semakin lama semakin turun), bengkak pada tungkai, sering diare dan keluhan lain yang menunjukkan terjadinya gangguan kekurangan gizi.

b.   Riwayat Keperawatan Sekarang
Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status gizi (lebih, baik, kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain. Data fokus yang perlu dikaji dalam hal ini adalah riwayat pemenuhan kebutuhan nutrisi anak (riwayat kekurangan protein dan kalori dalam waktu relatif lama).

c.    Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit pasien dan lain-lain.

3.    Pemeriksaan Fisik
a.       TB: 103cm
b.      BB: 15kg
c.       L. Kepala: 24cm
d.      L. Lengan: 15cm
e.       Telinga: biasanya simetris kiri dan kanan.
f.       Hidung: biasanya simetris kiri dan kanan.
g.      Mulut:biasanya mukosa kering.
h.      Leher: biasanya tidak ada pembengkakan kelenjar thyroid.
i.        Dada: biasanya iga terlihat jelas.
j.        Paru: bisanya simetris kiri dan kanan.
k.      Abdomen:biasanya turgor buruk
l.        Genital: biasanya normal, tidak ada kelainan.
Fokus pengkajian pada anak dengan Marasmik-Kwashiorkor adalah pengukuran antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan atas dan tebal lipatan kulit).

Tanda dan gejala yang mungkin didapatkan adalah:
a.       Biasanya Penurunan ukuran antropometri
b.      Biasanya Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan mudah dicabut)
c.       Bisanya Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi), edema palpebra
d.      Biasanya ada Tanda-tanda gangguan sistem pernapasan (batuk, sesak, ronchi, retraksi otot intercostal)
e.       Biasanya Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus dapat meningkat bila terjadi diare.
f.       Biasanya Edema tungkai
g.      Biasanya Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy pavement dermatosis terutama pada bagian tubuh yang sering tertekan (bokong, fosa popliteal, lulut, ruas jari kaki, paha dan lipat paha)
3. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan  terutama jenis normositik normokrom karena adanya gangguan sistem eritropoesis akibat hipoplasia kronis sum-sum tulang di samping karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan, kerusakan hati dan gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan kadar albumin serum yang menurun. Pemeriksaan radiologis juga perlu dilakukan untuk menemukan adanya kelainan pada paru.
Pemeriksaan laboratorium : albumin, kreatinin, nitrogen, elektrolit, Hb, Ht, transferin.
        
B.  Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan tidak adekuat (nafsu makan berkurang).
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan diare.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi/status metabolik.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuh
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang nya informasi.
6. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan melemahnyakemampuan fisik dan ketergantungan sekunder akibat masukan kalori atau nutrisi yang tidak adekuat.
7.  Intoleransi aktifitas berhubungan dengan gangguan sistem transport oksigen sekunder akibat malnutrisi.
8. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan rendahnya masukan protein (malnutrisi).

C.  Intervensi
1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan tidak adekuat (nafsu makan berkurang).
Tujuan : Pasien mendapat nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil : meningkatkan masukan oral.
Intervensi :
a. Dapatkan riwayat diet.
b. Dorong orang tua atau anggota keluarga lain untuk menyuapi anak atau
    ada disaat makan.
c. Minta anak makan dimeja dalam kelompok dan buat waktu makan menjadi menyenangkan.
d. Gunakan alat makan yang dikenalnya.
e. Perawat harus ada saat makan untuk memberikan bantuan, mencegah
   gangguan dan memuji anak untuk makan mereka.
f. Sajikan makansedikit tapi sering.
g. Sajikan porsi kecil makanan dan berikan setiap porsi secara terpisah.

2. Defisit volume cairan berhubungan dengan diare.
Tujuan : Tidak terjadi dehidrasi
Kriteria hasil : Mukosa bibir lembab, tidak terjadi peningkatan suhu, turgor kulit baik.
Intervensi :
a. Monitor tanda-tanda vital dan tanda-tanda dehidrasi
b. Monitor jumlah dan tipe masukan cairan
c. Ukur haluaran urine dengan akurat
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi/status metabolik.
Tujuan : Tidak terjadi gangguan integritas kulit
Kriteria hasil : kulit tidak kering, tidak bersisik, elastisitas normal
Intervesi :
a. Monitor kemerahan, pucat,ekskoriasi
b. Dorong mandi 2xsehari dan gunakan lotion setelah mandi
c. Massage kulit Kriteria hasil ususnya diatas penonjolan tulang
d. Alih baring
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuh
Tujuan : Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
Kriteria hasil : Suhu tubuh normal 36,6 C-37,7 C,lekosit dalam batas normal
Intervensi :
a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
b. Pastikan semua alat yang kontak dengan pasien bersih/steril
c. Instruksikan pekerja perawatan kesehatan dan keluarga dalam prosedur
    control infeksi
d. Beri antibiotik sesuai program

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang nya informasi.
Tujuan               : pengetahuan pasien dan keluarga bertambah
Kriteria hasil    : Menyatakan kesadaran dan perubahan pola hidup,mengidentifikasi hubungan tanda dan gejala.


Intervensi :
a. Tentukan tingkat pengetahuan orangtua pasien
b. Mengkaji kebutuhan diet dan jawab pertanyaan sesuai indikasi
c. Dorong konsumsi makanan tinggi serat dan masukan cairan adekuat
d. Berikan informasi tertulis untuk orangtua pasien
6. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan melemahnyakemampuan fisik dan ketergantungan sekunder akibat masukan kalori atau nutrisi yang tidak adekuat.
Tujuan : Anak mampu tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya.
Kriteria hasil : Terjadi peningkatan dalam perilaku personal, sosial, bahasa, kognitif atau aktifitas motorik sesuai dengan usianya.
Intervensi :
a.     Ajarkan pada orangtua tentang tugas perkembangan yang sesuai dengan kelompok usia.
b.    Kaji tingkat perkembangan anak dengan Denver II.
c.     Berikan kesempatan bagi anak yang sakit memenuhi tugas perkembangan.
d.    Berikan mainan sesuai usia anak.
7. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan gangguan sistem transport oksigen sekunder akibat malnutrisi.
Tujuan : Anak mampu beraktifitas sesuai dengan kemampuannya.
Kriteria hasil : Menunjukkan kembali kemampuan melakukan aktifitas.
Intervensi :
a. Berikan permainan dan aktifitas sesuai dengan usia
b. Bantu semua kebutuhan anak dengan melibatkan keluarga pasien
8. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan rendahnya masukan protein (malnutrisi).
Tujuan : Kelebihan volume cairan tidak terjadi.
Kriteria hasil : Menyebutkan faktor-faktor penyebab dan metode-metode pencegahan edema, memperlihatkan penurunan edema perifer dan sacral.
Intervensi :
a. Pantau kulit terhadap tanda luka tekan
b. Ubah posisi sedikitnya 2 jam
c. Kaji masukan diet dan kebiasaan yang dapat menunjang retensi cairan














BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Marasmus adalah salah satu bentuk gizi buruk yang paling sering ditemui pada balita terutama di daerah perkotaan. Penyebabnya merupakan multifaktorial antara lain masukan makanan yang kurang, faktor penyakit dan faktor lingkungan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan untuk menentukan penyebab perlu anamnesis makanan dan penyakit yang lalu.
Pencegahan terhadap marasmus ditujukan pada penyebab dan memerlukan pelayanan kesehatan dan penyuluhan yang baik. Pengobatan marasmus ialah pemberian diet, tinggi kalori dan tinggi protein, dan penatalaksanaan di rumah sakit dibagi atas tahap awal, tahap penyesuaian, dan rehabilitasi.
Sekian banyaknya temuan kasus gizi buruk, baik kwashiorkor, maramus maupun marasmus kwashiorkor menunjukkan bahwa persoalan gizi di Indonesia belum dapat menorehkan tinta emas. Revitalisasi posyandu dan sosialisasi akan kesadaran gizi masyarakat tampaknya perlu terus digaungkan agar penapisan terhadap status gizi dapat berlangsung lebih dini.
B.      Saran
untuk pembuatan makalah ini saya menyadari masih banyak kekurangan saya berharap bagi pembacanya untuk mengkritik guna untuk menyempurnakan makalah ini.terima kasih











DAFTAR PUSTAKA

Behrman, R. E. 1999. Ilmu Kesehatan Anak:Nelson, Edisi 15, vol 1. Jakarta:EGC
Markum, A, H. 1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid 1. Jakarta : FKUI.
Ngastiyah, 2005. Perawatan Anak Sakit, Edisi . Jakarta : EGC



Tidak ada komentar:

Posting Komentar